Kamis, 04 Juni 2009

Ketika Sahabat Bukan Lagi Sahabat

Ibuku selalu mengatakan, kalau aku dan Alana lahir di hari dan rumah sakit yang sama. Bahkan sebelum aku dilahirkan, ibuku dan ibu Alana adalah sahabat baik. Jadi, tidak heran kalau kitapun bersahabat.
Sepertinya, hanya 3 wajah yang sangat kukaribi: wajah ibuku, Alana, dan ibunya - bahkan dalam semua gambar TKku, kami berempatlah obyek utamanya.
Tapi kini setelah 20 tahun berlalu. Alana yang secara duniawi jauh meninggalkan diriku yang kini masih seperti dulu. Ya, semua itu terjadi setelah dia dipersunting saudagar kaya dari pulau seberang. Bahkan ketika dirinya pulang kampung sepertinya....
dia malas untuk berbagi cerita dan pengalaman denganku. Dia hanya menyapaku seadanya.
Alana kini seakan berada dilangit. Benar-benar lupa dengan aku yang di bumi.
Dan ketika sore itu, tanpa sengaja kupergoki dia tengah berjalan-jalan di sebuah Mall ternama di Jakarta. Ah memang Alana benar-benar beda. Betapa dia tak mengenaliku.
Ingin rasanya aku menyapanya. Tapi..., nanti ia merasa terganggu. Maka kuurungkan niatku untuk menghampirinya. Namun ketika aku beranjak dari tempatku berdiri tadi, tiba tiba....
Aku dikagetkan oleh tepukan lembut yang menepuk pundak kananku seraya menyapa dengan suara yang lembut dan sangat tidak asing ditelingaku."Assalamu'alaikum Rin, sedang apa disini ?" Sapa seorang ibu yang tak lain adalah bu Asna ibu Alana.
Daku teringat lagu yang lagi rame di RADIO RADIO... Persahabatan bagai kepompong.... ah itulah hidup?
Mungkin ada sesuatu yang membuatnya berubah, membuatku takut kalau Alana melupakan kebersamaan kami sejak kecil. Namun, sapaan Bu Asna membuatku sedikit lega. Membuatku merasa diingat, entah seberapa besar ingatan itu.
Akhirnya akupun ngobrol dengan bu Asna sekenanya dengan mata yang masih tertuju ke Alana dan berharap dia akan menghampirinya. . .
Ketika Alana sedang berjalan-jalan, tak sengaja ia berpandangan langsung denganku. Namun dari gerak badannya, terlihat ia bersikap acuh-tak-acuh.
Deg .. sesaat rasanya jantung ini serasa mau copot, hati dan pikiran sudah tidak singkron lagi entah apa yang membuatnya begini, apakah karena keacuhan Alana, ataukah alasan lain yang tak kupahami ..
Aku pun memikirkan pribahasa yg beredar di kalangan remaja, "Cinta Tak Harus Memiliki". Oh, apakah sebenarnya engkau masih memikirkanku, namun bersikap acuh-tak-acuh. Entahlah, hanya Tuhan yang tahu....
Tapi aku yakin di hati Alana masih tersimpan kenangan di TK dulu, aku dan Alana selalu bergandengan tangan. Kami saling berbagi kue disaat sarapan. Indahnya kala itu.
Kupandangi terus Alana yang sekarang sedang memunggungiku. Entahlah kenapa, tak terbesit sedikitpun di hatiku kebencian pada dirinya atas sikap yang dia tujukan padaku. Justru ada rasa sayang yang melebihi masa kecilku dulu dengannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar